Harga mahal sebuah kehidupan

Hari ini saya mendapat tugas untuk observasi Active Learning di salah satu sekolah yang ikut program Adopt a School. Seperti biasa saya melakukan tugas saya, memberikan beberapa penilaian dan masukan untuk guru-guru yang melakukan active leaning di sekolah. Saat evaluasi hendak diberikan, entah mengapa kami jadi membahas mengenai murid-murid di kelas 4. Ada beberapa anak yang dibahas, salah satunya adalah Nathan.

Saat observasi saya melihat Nathan sebagai anak yang baik, ia sangat ramah dan murah senyum. Saya ingat saat kelompoknya harus memberikan penilaian untuk kelompok lain, dia 'ngotot' memberikan gambar "smilly" untuk kelompok lain, padahal temannya juga 'ngotot' memberikan gambar "murung" yang artinya tidak suka dengan penampilan kelompok tadi. Nathan berkata : "Hei, dia harus kita kasih gambar senyum, karena dia tampil baik sekali. Dia juga anaknya baik kok." Dengan gaya anak kecilnya, ia memaksa kelompoknya untuk memberikan gambar smily yang tersenyum. Saat melihat itu, saya hanya berpikir bahwa dia hanya seorang ana kecil..

Saat saya tahu kisah yang sesungguhnya, hati saya jadi terenyuh. Nathan divonis bahwa hidupnya hanya sampai kelas 6 SD. Dia menderita sebuah penyakit yang gurunya pun tidak tahu namanya. Tapi akhir-akhir ini, Nathan sering terjatuh, kakinya sudah tidak kuat. Sekarang, jika ia terjatuh ia akan berkata "Saya bisa berdiri sendiri" Ia ingin berdiri sendiri dan tidak mau dibantu orang lain. Ia merasa ia masih kuat, ia masih mampu berdiri di atas kedua kakinya. Saya tidak bisa membayangkan tubuhnya yang kecil itu sering terjatuh.

Informasi yang gurunya ketahui, penyakitnya diakibatkan oleh virus. Akibat penyakit ini, Nathan mulai kesulitan dalam belajar, sehingga Nathan harus sering ikut remedial setelah pulang sekolah. Dia selalu berusaha untuk tetap berusaha sebaik mungkin. Hal ini sangat terasa ironis, saat ada seorang anak perempuan yang lebih tua 2 tahun namun ia 2 kali tidak naik kelas, ia menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk belajar di sekolah. Rasanya saya kesal dan gemes jika bertemu dengan orang yang menggampangkan hidup, tidak menghargai kehidupan. 

Saya gak tau apakah Nathan tahu dengan keadaannya saat ini atau tidak. Namun jika ia tahu, saya tidak bisa membayangkan wajahnya, perasaanya, reaksinya ketika ia tahu hidupnya dibatasi hanya 2 tahun lagi. Mungkin dia bertanya apa itu "kematian"... Dan saat ia tahu bahwa kematian adalah sebuah perpisahan, ia mungkin akan meminta agar orang tuanya memohon kepada Tuhan, ia tidak ingin mati..

Kematian memang suatu realita kehidupan, suatu jalinan benang kehidupan yang terhubung dengan kelahiran.. Namun, banyak orang yang tidak mengerti bahwa kehidupan terlalu mahal untuk dibiarkan berlalu begitu saja. Banyak orang yang tidak bisa menikmati kehidupan di saat seorang anak seperti Nathan berharap agar hidupnya diperpanjang. Banyak orang membiarkan waktunya berlalu dengan begitu saja di saat seorang anak menghargai setiap menit kehidupannya yang singkat itu. Banyak orang menyerah begitu saja padahal ia masih punya beribu kesempatan dalam garis kehidupannya di saat seorang anak terus berjuang dalam garis kehidupan yang mungkin lebih pendek.

Terlalu jahat jika kita tidak mencintai kehidupan, padahal ada banyak orang yang berharap bisa mencintai kehidupan lebih lama lagi. Terlalu jahat jika kita membiarkan setiap menit waktu kita berlalu begitu saja, padahal ada banyak orang yang hanya memilihi beberapa menit terkahir saja dalam hidupnya. Terlalu jahat jika kita dengan cepat berkata "saya menyerah", padahal ada banyak orang yang berharap diberi kesempatan untuk "mencoba".

Cintailah kehidupan, hargailah setiap waktumu, dan jangan biarkan setiap kesempatan berlalu begitu saja.. karena, jika Nathan mendapatkan hal yang sama, ia pasti tidak akan membiarkan hal itu berlalu begitu saja.

Hidup itu terlalu mahal, bahkan Nathan tidak bisa membelinya dengan mengumpulkan seluruh uang jajannya. Hanya mujizat yang bisa mengubah keadaan Nathan. Sembuh atau tidak sembuh, saya percaya Tuhan pakai kehidupan Nathan untuk jadi sebuah buku yang terbuka yang bisa diperlajari oleh semua orang...

0 comments:

Post a Comment