Hari ini sang guru kehidupan kembali mengajarkan saya, mengajarkan sebuah kehidupan. Hari ini saya belajar dari seorang supir mikrolet M 53. Sebelum saya menceritakan mengenai sang supir dan pelajarannya. Saya mau menceritakan waktu yang banyak saya habiskan hari ini.
Hari ini saya merasa begitu penat, banyak kekesalan sepanjang hari. Seperti biasa saya pergi ke kantor naik angkot. Pagi ini saya sudah banyak mengeluh sama matahari yang begitu terik, asap kendaraan yang begitu banyak, belum lagi ditambah kemacetan. Sampai di kantor saya memulai aktifitas saya dengan 'ubuntu' si komputer yang sering membuat saya buntu. Komputer ini memang sudah harus dilabel merah (di kantor, label merah adalah tanda bahwa barang tersebut harus dibuang) Pagi itu saya nyalakan si ubuntu, baru nyala belom saya sentuh dy sudah ngehang. singkat cerita hari ini dia ngehang 4 kali.
Hari ini saya habiskan dengan banyak mengeluh, ketumpahan kuah lontong sayur, kena denda buku sampai 18 ribu, kedinginan di dalam mal, kepanasan di jalan, bahkan sampai tadi mau pulang saya masih mengeluh. Apalagi tadi saya memutuskan pulang sendiri, tidak bersama ka abby n ko dany, soal'a ka abby masih ada meeting. akhir'a saya putuskan pulang sendiri sama ka elly naik angkot kebangsaan kami "M53" jurusan Pulogadung - Kota.
Hari ini saya dan ka elly dengan mudah mendapatkan angkot M53, ada 3 angkot, satu lagi 'ngetem' di depan, satu lagi 'ngetem' dibelakang, dan akhirnya satu angkot melewati kami. Setelah naik di angkot, ga berapa lama, mulai tercium bau karet terbakar. Tadi'a saya pikir bau kopling, ternyata bau ban angkot yang berasap. Semua penumpang mulai menutup mulutnya dan meributkan asap tersebut yang sangat bau.
Sesekali sang supir berhenti lalu menyiramkan air ke ban yang berasap itu. Wajahnya sedikit menahan kekhawatiran melihat wajah para penumpang yang mulai kesal. Saya pun juga merasa sedikit khawatir, takut diturunkan tengah jalan (apalagi di daerah kemayoran, galur dan sekitar'a itu menakutkan). Sambil berharap dalam hati, semoga cepat sampai di vespa.
Sepanjang jalan saya hanya bisa berpikir, "bagaimana nasib ban'a jika ia terus paksakan meneruskan perjalanan sampai Pulogadung?" "Apa yang ada dalam pikiran sang supir yah? kenapa dia masih mau tetap melanjutkan perjalanannya padahal ongkos yang dibayarkan penumpang tidak sebanding jika ia harus mengganti ban mobil yang robek?"
Semakin dekat saya dengan tempat tujuan saya, semakin keras saya berpikir. Dan di saat itu, saya meras Tuhan berbisik ke telinga saya: "Dia sedang menyelesaikan tugasnya." Saya masih samar-samar mengerti akan kata-kata tersebut. Namun, Ia mengajar saya perlahan-lahan.. Saya sekarang mengerti apa yang sedang sang supir lakukan. Ia tetap melanjutkan perjalanannya, meski ban mobilnya menjadi taruhan, ia hanya ingin sampai pada tujuan, ingin menurunkan para penumpangnya tepat pada tujuannya. Ia sedang menyelesaikan 'pertandingannya'.
Di detik-detik terakhir saya hampir sampai, saya mengingat hari ini. Hari ini banyak 'ban yang berasap' dalam hidup saya. Saya menghabiskan waktu untuk mengeluhkan sepanjang perjalanan hari ini. Namun, saya menjadi lupa akan mengakhiri 'finish' hari ini dengan baik. Tuhan pakai sang supir angkot untuk mengajarkan saya bagaimana mengakhiri garis finish hari ini.. dan waktu yang tersisa saat saya menyadarinya adalah 6 jam sebelum hari ini berakhir. Dan saya memilih untuk menggunakan 6 jam ini dengan bersyukur..
Memang sulit untuk mengucap syukur untuk 24 jam yang kadang terasa begitu berat, namun pasti akan lebih sulit jika saya menghabiskan 24 jam hari ini dengan setumpuk keluhan..
saya mencoba mengimani lagu ini, dan mencoba menyatakannya dalam kehidupan saya:
"Apapun yang terjadi di dalam hidupku, tetapku berkata Tuhan Yesus baik.. Dalam segala hal yang terjadi, tetap ku berkata Tuhan Yesus baik.."
Hari ini saya merasa begitu penat, banyak kekesalan sepanjang hari. Seperti biasa saya pergi ke kantor naik angkot. Pagi ini saya sudah banyak mengeluh sama matahari yang begitu terik, asap kendaraan yang begitu banyak, belum lagi ditambah kemacetan. Sampai di kantor saya memulai aktifitas saya dengan 'ubuntu' si komputer yang sering membuat saya buntu. Komputer ini memang sudah harus dilabel merah (di kantor, label merah adalah tanda bahwa barang tersebut harus dibuang) Pagi itu saya nyalakan si ubuntu, baru nyala belom saya sentuh dy sudah ngehang. singkat cerita hari ini dia ngehang 4 kali.
Hari ini saya habiskan dengan banyak mengeluh, ketumpahan kuah lontong sayur, kena denda buku sampai 18 ribu, kedinginan di dalam mal, kepanasan di jalan, bahkan sampai tadi mau pulang saya masih mengeluh. Apalagi tadi saya memutuskan pulang sendiri, tidak bersama ka abby n ko dany, soal'a ka abby masih ada meeting. akhir'a saya putuskan pulang sendiri sama ka elly naik angkot kebangsaan kami "M53" jurusan Pulogadung - Kota.
Hari ini saya dan ka elly dengan mudah mendapatkan angkot M53, ada 3 angkot, satu lagi 'ngetem' di depan, satu lagi 'ngetem' dibelakang, dan akhirnya satu angkot melewati kami. Setelah naik di angkot, ga berapa lama, mulai tercium bau karet terbakar. Tadi'a saya pikir bau kopling, ternyata bau ban angkot yang berasap. Semua penumpang mulai menutup mulutnya dan meributkan asap tersebut yang sangat bau.
Sesekali sang supir berhenti lalu menyiramkan air ke ban yang berasap itu. Wajahnya sedikit menahan kekhawatiran melihat wajah para penumpang yang mulai kesal. Saya pun juga merasa sedikit khawatir, takut diturunkan tengah jalan (apalagi di daerah kemayoran, galur dan sekitar'a itu menakutkan). Sambil berharap dalam hati, semoga cepat sampai di vespa.
Sepanjang jalan saya hanya bisa berpikir, "bagaimana nasib ban'a jika ia terus paksakan meneruskan perjalanan sampai Pulogadung?" "Apa yang ada dalam pikiran sang supir yah? kenapa dia masih mau tetap melanjutkan perjalanannya padahal ongkos yang dibayarkan penumpang tidak sebanding jika ia harus mengganti ban mobil yang robek?"
Semakin dekat saya dengan tempat tujuan saya, semakin keras saya berpikir. Dan di saat itu, saya meras Tuhan berbisik ke telinga saya: "Dia sedang menyelesaikan tugasnya." Saya masih samar-samar mengerti akan kata-kata tersebut. Namun, Ia mengajar saya perlahan-lahan.. Saya sekarang mengerti apa yang sedang sang supir lakukan. Ia tetap melanjutkan perjalanannya, meski ban mobilnya menjadi taruhan, ia hanya ingin sampai pada tujuan, ingin menurunkan para penumpangnya tepat pada tujuannya. Ia sedang menyelesaikan 'pertandingannya'.
Di detik-detik terakhir saya hampir sampai, saya mengingat hari ini. Hari ini banyak 'ban yang berasap' dalam hidup saya. Saya menghabiskan waktu untuk mengeluhkan sepanjang perjalanan hari ini. Namun, saya menjadi lupa akan mengakhiri 'finish' hari ini dengan baik. Tuhan pakai sang supir angkot untuk mengajarkan saya bagaimana mengakhiri garis finish hari ini.. dan waktu yang tersisa saat saya menyadarinya adalah 6 jam sebelum hari ini berakhir. Dan saya memilih untuk menggunakan 6 jam ini dengan bersyukur..
Memang sulit untuk mengucap syukur untuk 24 jam yang kadang terasa begitu berat, namun pasti akan lebih sulit jika saya menghabiskan 24 jam hari ini dengan setumpuk keluhan..
saya mencoba mengimani lagu ini, dan mencoba menyatakannya dalam kehidupan saya:
"Apapun yang terjadi di dalam hidupku, tetapku berkata Tuhan Yesus baik.. Dalam segala hal yang terjadi, tetap ku berkata Tuhan Yesus baik.."
0 comments:
Post a Comment