Baru-baru ini saya telah menonton film "My Name is Khan". Film ini berkisah mengenai orang India yang beragama Islam. Sama seperti di beberapa negara yang memiliki keanekaragaman agama dan kepercayaan, di India pun ada konflik antara orang Hindu dan Islam. Ada beberapa kelompok fanatik yang mencoba merusak kerukukan beragama di sana.
Di sana, ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorang Ibu dan 2 orang anak lelakinya. Sang ibu adalah seorang janda, anak pertamanya adalah penderita syndrom asperger, namanya adalah Rizwan Khan, ia terlihat begitu berbeda dengan adiknya. Sebagai penderita asperger, ia memiliki IQ yang tinggi, namun memang emosi'a minim. Sang ibu begitu hebat membesarkan Rizwan, ia mengajarkan Rizwan mengenai kerukunan agama, ia berkata, bahwa di dunia ini hanya ada satu perbedaan saja, yaitu: "orang yang baik atau orang yang jahat".
Adiknya, Zikir Khan, selalu merasa iri melihat perhatian sang Ibu (Zarina Wahab) yang berlebihan kepada Rizwan. Akhhir'a sang adik pergi ke San Fransisco dan bersekolah di sana dengan mendapat beasiswa. Tidak berapa lama kemudian, sang ibu meninggal dunia akibat sesak nafas yang ia derita. Dan itu pula yang membawa Rizwan akhirnya menyusul sang adik di Amerika Serikat yang sudah menikah. Istri Zakir, Haseena adalah seorang dosen psikologi, ia yang pertama kali menyadari 'keanehan' Rizwan, dan ternyata Rizwan menderita syndrom asperger.
Rizwan belajar untuk hidup mandiri di San Fransisco, ia berjualan berbagai kosmetik dan alat kecantikan. Rizwan akhir'a ia bertemu dengan Mandira, seorang janda beranak satu yang membuka salon di San Fransisco. Singkat cerita, Mandira yang begitu baik, ia tidak melihat Rizwan sebagai orang yang 'aneh'. Rizwan begitu jujur, dan ia mengatakan perasaan'a kepada Mandira, ia melamar Mandira. Awalnya, pernikahan mereka ditentang oleh sang adik, karena Mandira adalah seorang Hindu. Namun, Rizwan tetap melaksanakan niat'a.
Kehidupan keluarga mereka berlangsung dengan baik, sampai pada suatu saat di mana peristiwa World Trade Center di Ney York terjadi tahun 2001, di mana para teroris menyerang dan menabrak WTC tersebut. Itu membawa perubahan besar bagi para umat muslim di Amerika, termasuk keluarga Rizwan. Sejak saat itu, orang-orang muslim mulai diintimidasi oleh semua penduduk non muslim di AS. Salon Mandira yang dahulu begitu ramai, sekarang menjadi sepi. Anak Mandira, Sammer menjadi memiliki banyak musuh yang mencela dia dan mengatai dia sebagai seorang teroris. Dan sebagai puncak permasalahan adalah ketika Sameer terbunuh akibat isu SARA.
Akibat kejadian itu, Mandira begitu terpukul, dan ia menyalahkan Rizwan atas kejadian yang terjadi. Ia menyesali pernikahan yang ia lakukan dengan Rizwan. Dan Mandira akhirnya mengusir Rizwan, ia berkata bahwa Rizwan boleh kembali setelah ia mengatakan kepada dunia, mengatakan kepada seluruh penduduk Amerika, dan mengatakan kepada presiden Amerika : "My name is Khan, and I am not a therorist"
Rizwan pun melakukan apa yang dikatakan oleh Mandira, ia pergi berkelana mencari sang presiden, hanya untuk mengatakan hal tersebut. Selama perjalanannya, ia banyak mengalami kejadian yang luar biasa selama perjalanannya itu.. Ia justru menunjukkan kepada dunia, bahwa jalan Tuhan adalah jalan kasih. Rizwan menunjukkan bagaimana sesungguhnya kasih itu. Ia membantu sekumpulan orang-orang nasrani yang mengalami bencana badai. Ia juga melaporkan sekelompok kaum muslim yang berniat memberontak saat ia berada di dalam masjid. dan hal tersebut menarik perhatian pihak televisi di sana, yang tadinya menolak untuk meliput mengenai Rizwan. Pada akhir cerita, Rizwan akhirnya berhasil menemui sang Presiden Barrack Obama (Hanya pada bagian ini saya katakan konyol, karena Obama'a tidak mirip sama sekali :p)
Secara umum film ini bagus sekali, acting Sarukh Khan sebagai penderita Asperger juga baik. Dan yang paling penting adalah message dari film ini. Saya rasa, para teroris harus menonton film ini, walaupun mungkin tidak akan langsung berekasi sesuatu yang merubah pola pikir mereka. Namun, film ini menggambarkan akibat yang tidak langsung dari setiap aksi TERORISME yang mengatasnamakan nama Tuhan. Dampaknya bukan hanya pada kematian secara fisik, namun juga bisa emmatikan kehidupan, ketentraman, kedamaian orang lain. Dan Rizwan Khan adalah penggambaran mengenai seorang yang 'terbatas' yang bisa melakukan hal 'di luar batas', bahkan melebihi apa yang bisa orang lain lakukan.
Pelajaran ini sangat baik untuk anak-anak, bagaimana mereka bisa melihat kerukunan agama dari sudut pandang yang baik. Ingat, bahwa hanya ada satu perbedaan yang boleh di bedakan, yaitu orang baik atau orang jahat. Hanya itulah perbedaan yang ada pada setiap manusia.
Kalau orang yang anda anggap lebih 'bodoh' dan terbelakang dari anda saja mengerti soal KASIH, mengapa anda yang merasa lebih 'pintar' tidak mengerti soal KASIH?? lagi-lagi sebuah paradoks kehidupan..
Anda merasa 'waras' namun bisa dianggap 'gila'
..Kalo habis nonton film bagus biasa saya buat satu perenungan sendiri, jadi kalo sempet monggo dibaca..
Film Shutter Island bercerita mengenai seseorang 'gila' yang mengganggap diri'a waras, namun sebenar'a ia dianggap 'gila'.. kalo secara klinis ia dianggap menderita scizophrenia salah satu personality disorder.. dia menganggap diri itu sebagai seorang yang 'waras'.. ia berperilaku menjadi pribadi yang lain yang 'waras' dalam bayangan'a.. tapi bagi orang lain di sekitar'a ia tidak 'waras'.. dalam film ini, kita akan sulit menebak mana yang 'gila' dan mana yang 'waras'.. tapi itu membuat saya jadi berpikir apakah ukuran suatu 'kewarasan' dan 'kegilaan'?
Bagi sang tokoh dalam film itu, ia 'waras' dan orang lain yang 'gila'.. namun bagi orang lain diri mereka 'waras', dan orang ini yang 'gila'..
Saya jadi teringat akan sebuah kisah yang bagus yang pernah saya dengan di mata kuliah KESEHATAN MENTAL.. Dosen saya bercerita mengenai suatu kisah…
Suatu kala, di suatu kerajaan, tersebut terdapat dua buah sumur, sumber air bagi seluruh penduduknya. Pada suatu hari ada seorang jahat yang meracuni salah satu sumur tersebut dengan suatu racun yang dapat menyebabkan masyarakat yang meminumnya menjadi gila. Maka beberapa saat kemudian, seluruh warga di kerajaan tersebut, menjadi gila. Tetapi dikarenakan raja dan keluarganya meminum dari sumur yang berbeda, maka mereka semua tidak menjadi gila. Raja dan keluarganya, adalah satu-satunya kelompok yang waras.
Melihat kekacauan tsb, raja memerintahkan prajuritnya dan penegak hukum di kerajaannya, untuk mengatasinya. Dan juga menetapkan peraturan baru. Tetapi, diakrenakan semua warga, prajurit dan penegak hukum, di kerajaan tersebut sudah jadi gila, maka peraturan baru tersebut dianggap aneh. Oleh masyarakat, raja tersebut dianggap gila. Dan mereka, meminta raja turun dari tahtanya.
Dengan kejadian ini, istri raja menyarankan bahwa, mereka seharusnya juga meminum dari sumur yang mengandung racun tersebut. Akhirnya raja dan keluarganya pun meminumnya. Dan mereka pun menjadi gila….
Meskipun Negara itu menjadi Negara gila, dengan hukum yg aneh dan berbeda, tapi itu tidak menjadi masalah kerajaan tersebut hidup aman dan tenteram..
SO.. APA UKURAN "BENAR/SALAH?" APA UKURAN "WARAS/GILA"?
Jawaban'a adalah semua tergantung mayoritas..
apa yang dikatakan orang banyak dijadikan patokan sebagai suatu ukuran kebenaran.. dan apa yang ditentang oleh orang banyak dianggap sebagai suatu kesalahan..
apa yang dilakukan orang banyak dianggap sebagai suatu "kewarasan", dan apa yang dilakukan oleh sedikit orang dianggap sebagai suatu "kegilaan"..
dan tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat yang salah bisa menjadi benar, benar menjadi salah.. "kegilaan" menjadi suatu "kewarasan", dan suatu "kewarasan" bisa menjadi "kegilaan"..
Hemh.. saya jadi berpikir bahwa kadang saya terlalu naif ingin menyembuhkan "kegilaan" orang tapi tidak mengerti apa yang dianggap dia sebagai "kewarasan"..
hanya sebuah perenungan pribadi..
Film Shutter Island bercerita mengenai seseorang 'gila' yang mengganggap diri'a waras, namun sebenar'a ia dianggap 'gila'.. kalo secara klinis ia dianggap menderita scizophrenia salah satu personality disorder.. dia menganggap diri itu sebagai seorang yang 'waras'.. ia berperilaku menjadi pribadi yang lain yang 'waras' dalam bayangan'a.. tapi bagi orang lain di sekitar'a ia tidak 'waras'.. dalam film ini, kita akan sulit menebak mana yang 'gila' dan mana yang 'waras'.. tapi itu membuat saya jadi berpikir apakah ukuran suatu 'kewarasan' dan 'kegilaan'?
Bagi sang tokoh dalam film itu, ia 'waras' dan orang lain yang 'gila'.. namun bagi orang lain diri mereka 'waras', dan orang ini yang 'gila'..
Saya jadi teringat akan sebuah kisah yang bagus yang pernah saya dengan di mata kuliah KESEHATAN MENTAL.. Dosen saya bercerita mengenai suatu kisah…
Suatu kala, di suatu kerajaan, tersebut terdapat dua buah sumur, sumber air bagi seluruh penduduknya. Pada suatu hari ada seorang jahat yang meracuni salah satu sumur tersebut dengan suatu racun yang dapat menyebabkan masyarakat yang meminumnya menjadi gila. Maka beberapa saat kemudian, seluruh warga di kerajaan tersebut, menjadi gila. Tetapi dikarenakan raja dan keluarganya meminum dari sumur yang berbeda, maka mereka semua tidak menjadi gila. Raja dan keluarganya, adalah satu-satunya kelompok yang waras.
Melihat kekacauan tsb, raja memerintahkan prajuritnya dan penegak hukum di kerajaannya, untuk mengatasinya. Dan juga menetapkan peraturan baru. Tetapi, diakrenakan semua warga, prajurit dan penegak hukum, di kerajaan tersebut sudah jadi gila, maka peraturan baru tersebut dianggap aneh. Oleh masyarakat, raja tersebut dianggap gila. Dan mereka, meminta raja turun dari tahtanya.
Dengan kejadian ini, istri raja menyarankan bahwa, mereka seharusnya juga meminum dari sumur yang mengandung racun tersebut. Akhirnya raja dan keluarganya pun meminumnya. Dan mereka pun menjadi gila….
Meskipun Negara itu menjadi Negara gila, dengan hukum yg aneh dan berbeda, tapi itu tidak menjadi masalah kerajaan tersebut hidup aman dan tenteram..
SO.. APA UKURAN "BENAR/SALAH?" APA UKURAN "WARAS/GILA"?
Jawaban'a adalah semua tergantung mayoritas..
apa yang dikatakan orang banyak dijadikan patokan sebagai suatu ukuran kebenaran.. dan apa yang ditentang oleh orang banyak dianggap sebagai suatu kesalahan..
apa yang dilakukan orang banyak dianggap sebagai suatu "kewarasan", dan apa yang dilakukan oleh sedikit orang dianggap sebagai suatu "kegilaan"..
dan tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat yang salah bisa menjadi benar, benar menjadi salah.. "kegilaan" menjadi suatu "kewarasan", dan suatu "kewarasan" bisa menjadi "kegilaan"..
Hemh.. saya jadi berpikir bahwa kadang saya terlalu naif ingin menyembuhkan "kegilaan" orang tapi tidak mengerti apa yang dianggap dia sebagai "kewarasan"..
hanya sebuah perenungan pribadi..
Subscribe to:
Posts (Atom)