"Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid." Albert Einstein
Taukah kamu, betapa seringnya orang lain menilai kita bodoh, tapi kita tidak tau apa yang menjadi ukuran bodoh atau pintar untuk diri kita.
Saya merasa, ada banyak orang yang tertipu seperti ikan tadi yang diharuskan memanjat dan dikatakan bodoh karena ketidakmampuannya. Ia bukan bodoh, hanya ia salah pengertian dengan kemampuannya. Saya menemukan pemikiran lain dari pengalaman saya yang pernah juga di posisi yang sama..
Ada dua hal yang bisa kamu lakukan jika kamu mengalami masalah dalam pekerjaan :
1. Quit from your job : Jika memang apa yang kamu kerjakan benar-benar membuat kamu merasa sangat bodoh, mungkin ada baiknya kamu cek lagi apakah kamu sudah bekera di strength area yang tepat? Contoh, Saya lemah di bagian numerik (angka) dan kurang teliti lalu ternyata saat ini saya kerja sebagai seorang akuntan (contoh) saya sering melakukan kesalahan dalam tugas saya, akibatnya selalu fatal baik untuk perusahaan dan diri saya sendiri. Jika anda berpikir bahwa anda harus bertahan sampai 3-5 tahun ke depan, sebaiknya anda pikirkan kembali. Itu akan menghabiskan waktu anda lebih banyak dan juga energi anda untuk menjadi baik "rata-rata". Bandingkan dengan anda pindah dan mencari pekerjaan yang sesuai strength anda, anda sudah punya dasar yang kuat, sudah memulai lebih cepat untuk menjadi lebih dari rata-rata karena anda tau bahwa anda mampu melakukannya dan mampu melakukan lebih dari rata-rata. Paradigma yang salah, sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menjadi orang rata-rata. Nilai Seni Musik bagus, nilai Matematika jelek. Lalu les yang kita pilih apa? Seni musik atau matematika? pasti matematika. Kenapa? Karena kita sudah terbiasa diarahkan untuk mencapai MINIMAL RATA-RATA. So, stop to be a average people.
2. Stay on your job and looking for your another 'strength' activities : Sebelum saya keluar dari pekerjaan saya, saya melakukan hal ini. Saya tetap bekerja pada pekerjaan saya namun saya cari kegiatan lain untuk menyalurkan dan melatih kekuatan saya. Mengapa? Karena pekerjaan saya tidak mengancam "gambar diri" saya saat itu. Namun saya tahu saya harus tetap mencari hal lain untuk menjadi tempat saya melampiaskan "strength area" saya. Itu akan membantu diri anda, terutama ketika anda belum mendapat pekerjaan baru tentunya. Satu motto dari teman saya, "Kalau soal pacar, kita harus putus dulu baru cari pacar baru, tapi kalau soal kerjaan itu beda, jangan "putus" dulu sebelum ketemu kerjaan baru."
3. Stay on your job and expand your capacity : Bisa jadi apa yang terlihat sulit, itu sebenarnya potensi terpendam. Kadang ada hal-hal yang memang jadi tantangan baru untuk kita pelajari dan lakukan. Misalnya, saya orang yang agak kurang teliti, bagi saya jika saya selalu membuat excuse untuk semua ketidaktelitian saya dengan berkata itu bukan strength saya, maka someday saya ga akan bisa menjadi seorang pemimpin yang bisa memeriksa pekerjaan anak buah saya dengan benar, karena saya sudah skip tahap belajar saya ini. Padahal saya tahu bahwa, ada kompetensi yang harus dimiliki jika ingin menjadi seorang pemimpin nantinya. Saya saat ini ada di bagian ini. Saya tahu bahwa tantangan yang saya hadapi bukan hal yang harus saya skip, karena ini modal bagi saya untuk belajar memiliki kualitas seorang pemimpin. Apa bedanya dengan yang pertama? Yang pertama (quit from your job) boleh dipilih jika hal-hal yang menjadi kendala itu bukan sebuah tantangan tapi masalah, no progress at all, dan itu bukan suatu kompetensi dasar yang umum (contoh kompetensi dasar yang umum: ketelitian, kerapihan, dll) Jika sudah masuk ke hardskill seperti harus bisa berhitung, melukis, mengajar dengan sistematis baru kamu boleh menentukan untuk keluar dari pekerjaanmu jika tidak sesuai.